Kesehatan Kita

Kesehatan Kita - Jumlah Penderita kanker payudara di Indonesia kian bertambah, bahkan dalam beberapa tahun terakhir pasien kanker payudara sudah merambah pada kalangan wanita muda. Kalau dulu ada mitos yang mengatakan bahwa kanker payudara hanya diderita pada wanita berusia diatas 30 tahun, sepertinya saat ini tidak berlaku lagi.Data dari Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta menyebutkan banyak penderita kanker payudara yang berusia relatif sangat muda, bahkan ada penderita yang masih berumur 14 tahun. Kenyataan ini memang belum bisa diketahui secara pasti penyebabnya karena kanker payudara berhubungan dengan multifaktor. Akan tetapi, yang terpenting, hal ini berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang, terutama konsumsi makanan yang tidak sehat (junk food), merokok, alkohol, faktor psikis, atau bisa juga telat menikah.

Makin tingginya angka kejadian kanker payudara di Indonesia juga disebabkan karena masih rendahnya kesadaran wanita untuk melakukan upaya deteksi dini dengan cara breast screening atau biasa disebut Mamografi. Di negara lain upaya breast screening sudah menjadi program nasional. Di Jepang misalnya, ketika seorang wanita yang sudah mengijak usia 40 tahun, secara otomatis dia akan mendapatkan voucher dari pemerintah setempat untuk melakukan mamografi di rumah sakit. Di Eropa, kebanyakan negara disana, perusahaan asuransinya sudah mencakup check up rutin mamografi dalam klaim kesehatannya.

Gejala kanker payudara bisa dikatakan hampir tidak ada, sekitar 60% penderita kanker payudara di Indonesia baru mengetahui penyakitnya saat sudah stadium lanjut. Hal tersebut yang membuat survival rate mereka tergolong rendah karena baru menerima penanganan medis saat sudah stadium lanjut. Oleh karena itu, check up mamografi harus secara rutin/ berkala bagi para wanita agar kemungkinan menderita kanker payudara bisa diketahui secara dini, minimal dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri).